“Abi, ceritakan padaku tentang akhwat sejati.”
“Akhwat sejati bukanlah dilihat dari kecantikan paras wajahnya, tetapi dari kecantikan hati yang ada di baliknya.”
“Akhwat sejati bukanlah dilihat dari bentuk tubuhnya yang mempesona, tetapi dari sejauh mana ia menutupi tubuhnya.”
“Akhwat sejati bukanlah begitu banyaknya kebaikan yang ia berikan, tetapi dari keikhlasan ia memberikan kebaikan tersebut pada orang lain.”
“Akhwat sejati bukanlah dilihat dari seberapa indah lantunan suaranya, tapi dari apa yang sering mulutnya bicarakan.”
“Akhwat sejati bukanlah dilihat dari keahliannya berbahasa, tapi dari bagaimana caranya ia berbicara.”
“Akhwat sejati bukanlah dilihat dari keberaniannya dalam berpakaian, tapi dari sejauh mana ia berani mempertahankan kehormatannya.”
“Akhwat sejati bukanlah dilihat dari kekhawatirannya digoda orang di jalan, tapi dari kekhawatiran dirinyalah yang mengundang orang jadi tergoda.”
“Akhwat sejati bukanlah dilihat dari seberapa banyak dan besarnya ujian yang ia jalani, tapi dari sejauh mana ia menghadapi ujian itu dengan penuh rasa syukur.”
“Akhwat sejati bukanlah dilihat dari sifat supelnya dalam bergaul, tapi dari sejauh mana ia bisa menjaga kehormatan dirinya dalam bergaul.”
Setelah itu, aku kembali bertanya :
“Siapakah yang dapat memenuhi kriteria seperti itu, Abi?”
Sang ayah memberinya buku dan berkata :
“Pelajari ttg dia”
aku pun mengambil buku itu…
‘Istri Para Nabi’, judul yang tertulis di buku itu.
“Akhwat sejati bukanlah dilihat dari kecantikan paras wajahnya, tetapi dari kecantikan hati yang ada di baliknya.”
“Akhwat sejati bukanlah dilihat dari bentuk tubuhnya yang mempesona, tetapi dari sejauh mana ia menutupi tubuhnya.”
“Akhwat sejati bukanlah begitu banyaknya kebaikan yang ia berikan, tetapi dari keikhlasan ia memberikan kebaikan tersebut pada orang lain.”
“Akhwat sejati bukanlah dilihat dari seberapa indah lantunan suaranya, tapi dari apa yang sering mulutnya bicarakan.”
“Akhwat sejati bukanlah dilihat dari keahliannya berbahasa, tapi dari bagaimana caranya ia berbicara.”
“Akhwat sejati bukanlah dilihat dari keberaniannya dalam berpakaian, tapi dari sejauh mana ia berani mempertahankan kehormatannya.”
“Akhwat sejati bukanlah dilihat dari kekhawatirannya digoda orang di jalan, tapi dari kekhawatiran dirinyalah yang mengundang orang jadi tergoda.”
“Akhwat sejati bukanlah dilihat dari seberapa banyak dan besarnya ujian yang ia jalani, tapi dari sejauh mana ia menghadapi ujian itu dengan penuh rasa syukur.”
“Akhwat sejati bukanlah dilihat dari sifat supelnya dalam bergaul, tapi dari sejauh mana ia bisa menjaga kehormatan dirinya dalam bergaul.”
Setelah itu, aku kembali bertanya :
“Siapakah yang dapat memenuhi kriteria seperti itu, Abi?”
Sang ayah memberinya buku dan berkata :
“Pelajari ttg dia”
aku pun mengambil buku itu…
‘Istri Para Nabi’, judul yang tertulis di buku itu.
No comments:
Post a Comment